Terdampak Perang Rusia-Ukraina, Misi Peluncuran Roket Soyuz Dibatalkan

Agresi militer Rusia ke Ukraina turut berdampak pada misi roket Soyuz. Peluncuran roket Soyuz Rusia yang direncanakan pada 4 Maret 2022 untuk mengirimkan 36 satelit internet OneWeb ke orbit dibatalkan. Melansir Space, Rabu (9/3/2022), misi peluncuran roket tersebut ke luar angkasa pun ikut terkena dampak invasi Rusia ke Ukraina yang menyebabkan peluncuran ini ditunda tanpa batas waktu.

Konflik Rusia Ukraina dengan pecahnya perang setelah invasi Rusia ke Ukraina tersebut berdampak pada pembatalan peluncuran roket Soyuz ke luar angkasa. Pembatalan itu dilakukan setelah Rusia menuntut pemerintah Inggris, yang merupakan pendukung keuangan OneWEb, untuk melepaskan kepemilikannya di perusahaan dan menawarkan jaminan bahwa satelit tidak akan digunakan untuk keperluan militer. OneWeb menanggapi dengan menarik personelnya dari Baikonur Cosmodrome yang dipimpin Rusia di Kazakhstan, tempat misi akan diluncurkan.

Badan antariksa federal Rusia Roscosmos juga telah menghentikan semua peluncuran Soyuz Rusia dari pelabuhan antariksa Eropa di Guyana, Perancis, yang dilakukan oleh penyedia peluncuran Perancis Arianespace. Badan antariksa Jerman DLR telah mematikan instrumen pemburu lubang hitam di satelit Rusia dan menghentikan kerja sama sains dengan Rusia. Pejabat DLR menempatkan instrumen eROSITA dalam mode aman. Ini mengendarai satelit Rusia Spectrum Roentgen Gamma.

Sementara itu, NASA dan Roscosmos sama sama menyatakan bahwa pengoperasian stasiun luar angkasa internasional tetap berjalan seperti biasanya. Saat ini, stasiun tersebut menampung empat astronot Amerika bersama NASA, dua kosmonot Rusia, dan satu astronot Eropa. Awak baru Rusia yang terdiri dari tiga kosmonot akan diluncurkan ke stasiun luar angkasa pada akhir bulan ini, dengan astronot Amerika Mark Vande Hei dari NASA dan dua kosmonot Rusia untuk kembali ke Bumi dengan pesawat ruang angkasa Soyuz Rusia.

Selain kegagalan peluncuranSoyuz, invasi Rusia juga memberi dampak meluas terhadap proyek dan misi sains di luar angkasa lainnya. Satelit yang menyediakan internet, intel, dan hubungan internasional yang sudah berlangsung lama di luar angkasa telah bergeser dengan cepat. Seperti diketahui, selama beberapa dekade, AS dan Rusia telah berkolaborasi di luar angkasa.

Dari proyek uji Apollo Soyuz 1975 yang berlangsung pada pertengahan Perang Dingin, hingga kemitraan lanjutan dalam program stasiun luar angkasa internasional (ISS). Kedua negara ini telah bekerja sama di ruang angkasa di tengah pergolakan politik di Bumi. Namun, akibat konflik Rusia Ukraina telah memicu reaksi di antara mitra badan antariksa Rusia dan menentang semangat kooperatif tersebut. Dampak invasi Rusia ke Ukraina ini pun tak hanya terkait proyek dan misi yang dilakukan para ilmuwan di luar angkasa. Organisasi Eropa untuk Riset Nuklir (CERN), badan sains yang mengawasi Large Hadron Collider, tidak akan menjalin kerjasama sains di masa depan dengan ilmuwan Rusia.

Hal itu menyusul ilmuwan Ukraina meminta penghentian kerja sama sains Rusia karena invasi berkelanjutan ke Ukraina. CERN membuat pengumuman pada 8 Maret 2022, setelah pertemuan dewan CERN dilakukan. Sebagai informasi, Ukraina merupakan anggota asosiasi CERN, sedangkan Rusia bukanlah anggota resmi organisasi. Artikel ini merupakan bagian dari

KG Media. Ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *