Ahli virologi khawatir subvarian omicron baru yakni BA.2.75 atau yang dijuluki 'Centaurus' lebih menular. Dilansir , varian BA.2.75 atau 'Centaurus' pertama kali terdeteksi di India pada awal Mei ini. Kasusnya meningkat tajam dan tampaknya penularannya lebih cepat daripada varian BA.5 yang juga dikenal sangat menular.
BA.5 yang juga terdeteksi di India, dengan cepat menggantikan varian BA.2 yang sebelumnya dominan di banyak negara. BA.2.75 juga telah terdeteksi di sekitar 10 negara, termasuk Inggris, Amerika Serikat, Jerman, dan Kanada. Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC), menetapkan 'Centaurus' sebagai varian dalam pemantauan atau “variant under monitoring” per 7 Juli 2022.
Ini mengindikasikan bahwa varian ini dikhawatirkan lebih menular atau terkait dengan penyakit yang lebih parah. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), juga memantau dengan cermat varian baru ini, meskipun kepala ilmuwannya, Dr Soumya Swaminathan, mengatakan belum ada cukup sampel untuk menilai tingkat keparahannya. Selain pertumbuhannya yang cepat dan penyebaran geografis yang luas, ahli virologi telah diperingatkan oleh banyaknya mutasi ekstra yang terkandung dalam BA.2.75, relatif terhadap BA.2, yang kemungkinan besar telah berevolusi.
"Ini bisa berarti bahwa ia (BA.2.75) memiliki kesempatan untuk mengembangkan keunggulan dibandingkan garis keturunan virus yang sudah sukses," kata Dr Stephen Griffin, ahli virologi di University of Leeds. "Ini bukan mutasi yang tepat, lebih pada jumlah/kombinasinya," kata Dr Tom Peacock, seorang ahli virologi di Imperial College London, yang pertama kali mengidentifikasi Omicron sebagai masalah potensial pada November 2021. "Sulit untuk memprediksi efek dari banyaknya mutasi yang muncul bersama – ini memberi virus sedikit sifat 'wildcard' di mana jumlah bagian bisa lebih buruk daripada bagian satu per satu."
"Ini jelas merupakan kandidat potensial untuk apa yang terjadi setelah BA.5. Jika gagal, itu mungkin hal yang akan kita hadapi selanjutnya, yaitu 'varian dari varian'." Menurut laporan , subvarian omicron berlabel BA.2.75 meningkat pesat di India dan kemungkinan bertanggung jawab atas sebagian besar kasus Covid 19 di negara itu. Dalam analisisnya yang dikutip MedPage Today, ilmuwan Austria Ulrich Elling menunjukkan bahwa India sepertinya memiliki varian omicron asli yang menyebar ke AS dan mendorong kenaikan kasus Covid 19 di Utah pada musim dingin lalu.
Sehingga, menurut Elling, ini menunjukkan bahwa subvarian BA.2.75 mampu menghindari kekebalan dari subvarian lain yang mengikuti. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), mengonfirmasi bahwa ada dua kasus BA.2.75 terdeteksi di AS dan sampel uji pertama di mana subvarian muncul dalam pengurutan genom dikumpulkan pada 14 Juni. Namun karena begitu sedikit kasus BA.2.75 yang telah diidentifikasi di Amerika Serikat, subvarian ini belum dilacak di situs web CDC.
WHO mengatakan, BA.2.75 sebenarnya subvarian dari subvarian omicron BA.2 yang lebih dikenal sebagai "omikron siluman", yang pertama kali muncul di India pada bulan Mei. Sementara ini, BA.2.75 menunjukkan bahwa subvarian ini memiliki keunggulan pertumbuhan dibandingkan strain lain. Namun Marc Johnson, seorang profesor mikrobiologi molekuler dan imunologi di fakultas kedokteran University of Missouri, mengatakan kepada MedPage Today bahwa ia belum tahu seberapa menular atau parah BA.2.75.
Johnson mengatakan, vaksin Covid 19 akan memberikan perlindungan terhadap virus terbaru. "Kita harus khawatir, ya, tapi kita tidak boleh panik," kata Johnson. "Garis keturunan ini memiliki peluang bagus untuk meningkatkan infeksi dan menjadi garis keturunan dominan baru, tetapi tidak mungkin menyebabkan gelombang besar seperti yang dilakukan omicron," jelasnya.
Selain vaksinasi, rencana jangka panjang harus mencakup langkah langkah varian agnostik untuk mencegah infeksi dan infeksi ulang.