Dalam menghadapi perubahan iklim, manusia harus bertindak serupa di dua bidang pada saat yang bersamaan. Pada climate mitigation yang membutuhkan langkah-langkah untuk mengatasi masalah mendasar dengan memperlambat atau menghentikan peningkatan emisi bahan bakar fosil, yang dapat meningkatkan suhu bumi secara permanen dan menimbulkan bencana. Sedangkan climate adaptation dibutuhkan untuk membantu masyarakat dan pemerintah bertahan dan meminimalkan dampak buruk perubahan iklim yang sudah terjadi.
Peran Climate Mitigation
Para ilmuwan dan ekonom sebagian besar sepakat mengenai apa yang harus dilakukan dalam 30 tahun ke depan untuk melakukan climate mitigation. Namun, tantangan untuk pembuat kebijakan adalah bagaimana memberikan insentif dan menyebarkan penggunaan teknologi ramah lingkungan untuk menggerakkan kendaraan dan menghasilkan listrik, dan pada akhirnya menjadikan penggunaan bahan bakar fosil kurang menguntungkan secara ekonomi.
Dengan mengurangi emisi karbon dari pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak, dan gas tidak akan terjadi tanpa adanya dorongan. Masyarakat cenderung tidak memilih bahan bakar fosil yang mempunyai dampak lingkungan tambahan jika alternatif yang lebih ramah lingkungan lebih murah.
Penetapan harga karbon pada dasarnya menghitung biaya pelepasan satu ton karbon dioksida (CO 2 ) ke udara. Penggunaan bahan bakar fosil saat ini dapat menciptakan lapangan kerja dan perdagangan, namun mereka menikmati subsidi implisit: pengguna tidak perlu membayar atas kerusakan lingkungan.
Untuk memperbaiki kegagalan ini, para pembuat kebijakan mulai mengandalkan dua cara utama dalam menentukan harga karbon:
Pajak karbon: Pajak ini menetapkan pajak langsung atas batu bara, produk minyak, gas alam, dan bahan bakar fosil lainnya sesuai dengan kandungan karbonnya. Pajak tersebut dibebankan dari pemasok ke konsumen dalam bentuk kenaikan harga listrik, bensin, minyak pemanas, dan produk serta layanan lain yang bergantung pada bahan bakar fosil.
Sistem pembatasan dan perdagangan: Sistem ini menetapkan kelonggaran berdasarkan jumlah total emisi karbon yang dilepaskan setiap tahunnya, sehingga menciptakan sistem berbasis pasar di mana kelonggaran tersebut dapat diperdagangkan dari sektor yang kurang intensif karbon
Tujuan utamanya adalah mengurangi emisi yang cukup untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5°C– 2°C di atas tingkat ppra-industi yang merupakan titik kemungkinan terjadinya perubahan yang tidak dapat diubah dalam kenaikan permukaan laut, cuaca ekstrem, ketersediaan air, dan perubahan signifikan lainnya.
Climate Adaptation
Beradaptasi terhadap perubahan iklim dengan infrastruktur yang lebih tangguh, mengamankan sumber daya air, meningkatkan produksi tanaman untuk pertanian lahan kering, melindungi garis pantai, dan tindakan lain dapat memberikan manfaat tiga kali lipat.
Negara-negara akan lebih sedikit menderita akibat guncangan iklim di masa depan, menikmati produktivitas dan pertumbuhan yang lebih besar, serta memperoleh manfaat sosial dan lingkungan.
Climate adaptation dapat dilakukan dalam berbagai bentuk selain pendanaan infrastruktur langsung dari pemerintah. Hal ini mencakup mendorong sektor swasta untuk beradaptasi, memberikan perlindungan sosial setelah bencana, dan strategi holistik dalam penganggaran dan perencanaan yang mempertimbangkan perubahan iklim.
Manfaat dari langkah-langkah Climate adaptation jelas dan menghemat uang dalam jangka panjang, namun memerlukan biaya di muka yang merupakan tantangan bagi banyak negara berkembang.
Jika perusahaan Anda ingin berkomitmen untuk net zero maka bisa bekerja sama dengan Net Zero Hub, sebuah inisiatif oleh Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) yang tersedia untuk mendorong bisnis Indonesia ke dalam ruang net zero global.
Bergabunglah dengan program Net Zero Hub untuk mengurangi emisi karbon dengan science based emission, Seperti Emission Reduction, Climate Mitigation dan Climate Adaptation.